Jumat, 19 Oktober 2012

puisi



Taman Kota
Weleri,23 Agustus 2012
By: Mila Jayantri
Saat tu ku duduk bersanding dg mu
Menatap indahnya langit malam
Menahan dinginnya udara malam
Mendengar kan gemercik air mancur
Diliputi pesona  nan permai
Disitulah pertemuan indah berawal
Senyummu menenangkan rasa
Menatapmu menghapus kegelisahan
Satu kata satu janji terucap
Utk selalu setia
Pelukanmu  memantapkan janji sucimu
Namun, ketika tu pula waktu mengakhiri indahnya malam
Semoga kehangatan tu selalu ada…….

CERPEN - Debu Putih




D
ebu tampak hitam menggelapkan mata hati tanpa sinar,, menutupi kesadaran .Bangkit  debu putih kan menyapamu……..

Sosok wajah yang tampan, pribadi yang luar biasa, keseharian yang cakap membuat semua wanita tergila-gila padanya. Walau manusia terdiri dari kelebihan dan kekurangan, namun tak sedikitpun kekurangan didirinya terlihat. Cinta yang tadinya dimiliki yang lain kini berada di hadapan, bagaimana bisa menepisnya ketika cinta sudah menyapa. Lima tahun tak menatap wajahnya tiba-tiba dari akun facebook temukan dirinya. Bukan mencarinya, dan bukan dicarinya cinta yang menemukan dua hati yang berbeda.  Saling komentar status, saling berkomunikasi hingga kenyamanan tu ada, terciptalah suatu kesepakatan untuk menjalin sebuah kasih. Hubungan longdistance membuat kepercayaan factor utama dalam kasih ini. Mengandalkan telepon, SMS, dan facebook untuk bertahan. Tak yakin rasanya jika kasih ini bisa bertahan lama, Tuhan menguji kasih ini,  ujian tu pun tak bisa dipertahankan dan sepakat untuk mengakhiri ketika baru menjalani kasih ini selama 2 bulan.
Hampa, kehilangan, sesak sangat terasa. Handphone yang tadinya ketika jam 3 pagi, wktu zuhur, dan magrib selalu berdering kini sepi. Tak bisa terpendam rasa ini tiap hari hanya bisa duduk terdiam termangu menatap sebuah layar monitor dengan pandangan yang kosong, tak tahu harus apa? Hanya bayanganmu yang menghias pikiran dan membekas dihati ,  hati ini bertanya sedang apa dirimu disana? Apa masih seperti dulu, atau perbedaan tu telah ada..? Hanya tangisan yang membasahi pipi mengalir ke seluruh wajah.  Akankah kembali?
Waktu terus berjalan, bangkit dari segala rasa, percaya jika Tuhan selalu menjaga hati ini, seuntai doa selalu terucap, aktifitas dijalani seperti biasanya. Hidup dikosan sepi, sunyi dihadapi dengan senyuman. Ikhlas harus pertahankan. Bola selalu berputar kadang diatas dan kadang dibawah, entah angin atau air yang membawa suatu keajaiban. Ketika hidup ini bertambah sebuah pesan singkat berdering di tengah malam, kata-kata yang tak pernah dibaca mulai terbaca lagi, ucapan syukur ku panjatkan terhadap sang Maha cinta. Tak mau kehilangan yg telah hilang lagi kejujuran terucapkan, ternyata rasa ini dan rasanya masih menyimpan kasih yang terpending. Mulai mengenal percaya, perhatian, peduli, komitmen, dan menghargai satu sama lain,  kasih pun menyatu. Bukan kehidupan namanya jika tak ada jalan berliku, naik turun. Berusaha mengalah menggapai kasih hingga akhir . Airmata tak lagi mengalir, yakin kesabaran itu kelak akan berbuah manis.
Kasih bertahan mengingat segala ucapan yang pernah terlontar, sesuatu yang menghargai akan dihargai. Rindu yang tertahan menjadi sebuah kekuatan kasih ini, cemburu yang dirasakan menjadi sebuah doa untuk saling percaya. Kini semua berubah demi mencapai asa bersama.  Kata cinta selalu terdengar jelas diindera pendengaran. Tuhan jika rasa ini bagian dari tulang rusuknya kembalikan rasa dihati ini padanya, satukan kasih ini dalam sebuah ikatan janji suci kelak, mantapakan rasa ni dengan rasanya, mantapkan rasanya dengan rasa ini, jagalah kasih ini dengan kehidupan shaleh dan shalikhah.
Tratemulyo, 01 September 2012
Mila Jayantri